PENDIDIKAN
TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA


Nama : Abdu Yakan Rosyadi
NIM : 1307493
Kelas : Pendidikan Teknik Elektro – B
Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran Teknik Elektro
MACAM-MACAM
TEORI BELAJAR
a. Thorndike
Menurut Thorndike (1911), salah
seorang pendiri aliran tingkah laku, belajar adalah proses interaksi antara
stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (
yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya, menurut
Thorndike, perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat
diamati), atau yang nonkonkret (tidak bias diamati). Teori Thorndike disebut
sebagai “aliran koneksionis” (connectionism).
b. Watson
Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson
pelopor yang datang sesudah Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus
berbentuk tingkah laku yang “bisa diamati”(observable). Dengan kata
lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam
belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Bukan
berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting.
Semua itu penting, akan tetapi faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan
apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.
c. Edwin Guthrie
Guthrie juga
mengemukakan bahwa “hukuman” memegang peran penting dalam belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan
pada saat yang tepat, akan mampu mengubah kebiasaan seseorang. Sebagai contoh,
seorang anak perempuan yang setiap kali pulang sekolah, selalu mencampakkan
baju dan topinya di lantai. Kemudian ibunya menyuruh agar baju dan topi dipakai
kembali oleh anaknya, lalu kembali keluar, dan masuk rumah kembali sambil
menggantungkan topi dan bajunya di tempat gantungan. Setelah beberapa kali
melakukan hal itu, respons menggantung topi dan baju menjadi terisolasi dengan
stimulus memasuki rumah. Meskipun demikian, nantinya faktor hukuman ini tidak lagi dominan dalam teori-teori tingkah laku. Terutama Skinner makin mempopulerkan ide tentang
“penguatan” (reinforcement).
d. Skinner
Dari semua
pendukung teori tingkah laku, mungkn teori Skinner lah yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar. Beberapa program pembelajaran seperti Teaching machine,
Mathetics, atau program-program lain yang memakai konsep stimulus, respons,
dan factor penguat (reinforcement), adalah contoh-contoh program yang
memanfaatkan teori skinner.
Prinsip belajar Skinner adalah :
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan,
jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang
belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
3. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas
sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan
perlu diubah untuk menghindari hukuman.
4. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah
diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
5. Dalam pembelajaran digunakan shapping.
2. Aliran
Kognitif
a.
Piaget
Menurut Jean Piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif
yang kuat, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga
tahapan, yakni 1). Asimilasi, 2). Akomodasi, dan 3). Equilibrasi
(penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian)
informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi
adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi
adalah penyesuain berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
b.
Bruner
Menurut pandangan Brunner (1964)
bahwa teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan teori
pembelajaran itu bersifat preskriptif. Misalnya, teori penjumlahan,
sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara mengajarkan
penjumlahan.
3. Aliran
Humanistik
a. Bloon dan Krathowl
Dalam hal ini, Bloon dan Krathowl
menunjukkan apa yang mungkin di kuasai (dipelajari) oleh siswa yang tercakup
dalam tiga kawasan berikut:
ü Kognitif
Kognitif terdiri dari enam
tingkatan, yaitu :
· Pengetahuan ( mengingat dan
menghafal )
· Pemahaman ( menginterpretasikan )
· Aplikasi ( menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah
)
· Analisis ( menjabarkan suatu konsep )
· Sintesis ( menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu
konsep utuh )
· Evaluasi ( membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya
)
ü Afektif
Afektif
terdiri dari lima tingkatan, yaitu :
· Pengenalan (ingin menerima, sadar
akan adanya sesuatu)
· Merespons (aktif berpartisipasi)
· Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai
tertentu)
· Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang
dipercayai)
· Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola
hidup)
ü Psikomotorik
Psikomotor terdiri daari lima
tingkatan, yaitu:
· Peniruan (menirukan gerak)
· Penggunaan (menggunakan konsep untuk
melakukan gerak)
· Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
· Perangkaian (beberapa gerakan sekaligus gerakan dengan
benar)
· Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
b. Kolb
Kolb
membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu :
1.
Pengalaman
konkret
2.
Pengamatan aktif dan reflektif
3.
Konseptualisasi
4.
Eksperimen
aktif
c.
Habermas
Ahli psikologi lain adalah Habermas
yang dalam pandangannya bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik
dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia. Dengan asumsi ini, Habermas
mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu;
1. Belajar
teknis (technical learning)
2. Belajar
praktis (practical learning)
3. Belajar emansipatoris
(emancipatory learning).
4. Aliran Sibernetik
a.
Landa
Landa merupakan
salah seorang ahli psikologi yang beraliran sibernetik. Menurut Landa, ada dua
macam proses berfikir. Pertama, disebut proses berfikir algoritmik,
yaitu berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke suatu target tertentu. Jenis
kedua, adalah cara berpikir heuristic, yakni cara berpikir divergen,
menuju ke beberapa target sekaligus.
b.
Pask dan Scott
Ahli lain
adalah pemikirannya beraliran sibernetik adalah pask dan Scott. Pendekatan
serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan pendekatan algoritmik.
Namun, cara berpikir menyeluruh (wholoist) tidak sama dengan heuristik. Cara berpikir menyeluruh
adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap
sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang kita amati lebih dahulu, tetapi seluruh
lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar disini: