twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Social Icons

Pages

Senin, 27 Oktober 2014

Teori-Teori Belajar



PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
 

Nama               : Abdu Yakan Rosyadi
NIM                : 1307493
Kelas               : Pendidikan Teknik Elektro – B
Mata Kuliah    : Belajar dan Pembelajaran Teknik Elektro

MACAM-MACAM TEORI BELAJAR

1.       Aliran Behavioristik ( tingkah laku )
a.      Thorndike
Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku, belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons ( yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya, menurut Thorndike, perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang nonkonkret (tidak bias diamati). Teori Thorndike disebut sebagai “aliran koneksionis” (connectionism).
b.      Watson
       Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang sesudah Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah laku yang “bisa diamati”(observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting. Semua itu penting, akan tetapi faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.
c.       Edwin Guthrie
Guthrie juga mengemukakan bahwa “hukuman” memegang peran penting dalam belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan mampu mengubah kebiasaan seseorang. Sebagai contoh, seorang anak perempuan yang setiap kali pulang sekolah, selalu mencampakkan baju dan topinya di lantai. Kemudian ibunya menyuruh agar baju dan topi dipakai kembali oleh anaknya, lalu kembali keluar, dan masuk rumah kembali sambil menggantungkan topi dan bajunya di tempat gantungan. Setelah beberapa kali melakukan hal itu, respons menggantung topi dan baju menjadi terisolasi dengan stimulus memasuki rumah. Meskipun demikian, nantinya faktor hukuman ini tidak lagi dominan dalam teori-teori tingkah laku. Terutama Skinner makin mempopulerkan ide tentang “penguatan” (reinforcement).
d.      Skinner
Dari semua pendukung teori tingkah laku, mungkn teori Skinner lah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar. Beberapa program pembelajaran seperti Teaching machine, Mathetics, atau program-program lain yang memakai konsep stimulus, respons, dan factor penguat (reinforcement), adalah contoh-contoh program yang memanfaatkan teori skinner.
Prinsip belajar Skinner adalah :
1.      Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2.       Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
3.      Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.
4.      Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
5.      Dalam pembelajaran digunakan shapping.

2.       Aliran Kognitif
a.      Piaget
Menurut Jean Piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif   yang kuat, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni 1). Asimilasi, 2). Akomodasi, dan 3). Equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuain berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
b.      Bruner
Menurut pandangan Brunner (1964) bahwa teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran itu bersifat preskriptif. Misalnya, teori penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara mengajarkan penjumlahan.


3.       Aliran Humanistik
a.       Bloon dan Krathowl
Dalam hal ini, Bloon dan Krathowl menunjukkan apa yang mungkin di kuasai (dipelajari) oleh siswa yang tercakup dalam tiga kawasan berikut:
ü  Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu :
·     Pengetahuan ( mengingat dan menghafal )
·      Pemahaman ( menginterpretasikan )
·      Aplikasi ( menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah )
·      Analisis ( menjabarkan suatu konsep )
·      Sintesis ( menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh )
·      Evaluasi ( membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya )
ü  Afektif
          Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu :
·      Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
·      Merespons (aktif berpartisipasi)
·      Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu)
·      Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai)
·      Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup)
 ü  Psikomotorik
Psikomotor terdiri daari lima tingkatan, yaitu:
·      Peniruan (menirukan gerak)
·      Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
·      Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
·      Perangkaian (beberapa gerakan sekaligus gerakan dengan benar)
·      Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
b.      Kolb
            Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu :
1.      Pengalaman konkret
2.       Pengamatan aktif dan reflektif
3.      Konseptualisasi
4.      Eksperimen aktif


c.       Habermas
Ahli psikologi lain adalah Habermas yang dalam pandangannya bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia. Dengan asumsi ini, Habermas mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu;
1.      Belajar teknis (technical learning)
2.      Belajar praktis (practical learning) 
3.      Belajar emansipatoris (emancipatory learning).

4.       Aliran Sibernetik
a.      Landa
Landa merupakan salah seorang ahli psikologi yang beraliran sibernetik. Menurut Landa, ada dua macam proses berfikir. Pertama, disebut proses berfikir algoritmik, yaitu berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke suatu target tertentu. Jenis kedua, adalah cara berpikir heuristic, yakni cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target sekaligus.
b.      Pask dan Scott
Ahli lain adalah pemikirannya beraliran sibernetik adalah pask dan Scott. Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan pendekatan algoritmik. Namun, cara berpikir menyeluruh (wholoist) tidak sama dengan  heuristik. Cara berpikir menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang kita amati lebih dahulu, tetapi seluruh lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar disini: