KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penyusun panjatkan
kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan
nikmat dan karunia-Nya kepada
penyusun sehingga mampu menyelesaikan Laporan Observasi Mata Kuliah
Geologi dengan tepat waktu.
Tak lupa pula ucapan terimakasih kami
sampaikan kepada Bapak Andri
Noor Andrianyah, M.Si. selaku Dosen Mata Kuliah Geologi yang telah memberikan bimbingan kepada
penyusun. Juga kedua
orang tua penyusun yang telah
memberikan dukungan moril, spituil dan materil kepada penyusun sehingga dapat
mengikuti perkuliahan dan mengerjakan kewajiban dalam mengerjakan tugas-tugas dan laporan observasi dengan baik.
Penyusun menyadari sekali, didalam penyusunan laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan serta masih terdapat
banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala
hanya menuruti egoisme pribadi, untuk itu
besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah kami di kemudian hari.
Harapan yang paling besar dari penyusunan laporan
ini ialah, mudah-mudahan apa yang penyusun susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi,
teman-teman, serta orang lain yang ingin mencari informasi, menyempurnakan, atau mengambil hikmah
dari isi Laporan ini sebagai tambahan
dalam menambah referensi yang telah ada.
Jakarta,
4 Januari 2014
Penyusun,
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
KATA
PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang 1
B. Rumusan Masalah
2
C.
Waktu dan Tempat 2
D.
Tujuan Laporan 3
E. Kegunaan Observasi 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Patahan 4
B.
Tenaga Pembentuk Patahan 4
C.
Hubungan Gerakan Tektonik dan
Patahan Lembang 5
D.
Gua 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Observasi 11
B.
Setting Penelitian 11
C.
Teknik Pengumpulan Data 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Patahan Lembang 13
B.
Goa Pawon 14
BAB V KESIMPULAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Geologi berasal dari Yunani:
ge-, "bumi" dan logos, "kata",
"alasan", adalah Ilmu (sains) yang mempelajari bumi, komposisinya,
struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya.
Definisi; Geologi adalah suatu
bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta
isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang
sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang
bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta
serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga
sekarang. Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang
komplek, mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan
suatu bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini
mempelajari dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra,
cekungan dan rangkaian pegunungan.
Patahan adalah
gejala retaknya kulit bumi yang tidak plastis akibat pengaruh tenaga horizontal
dan tenaga vertikal.
Tenaga
pembentuk daerah yang berstruktur patahan, adalah tenaga endogen yang
mengakibatkan
kulit bumi
bergerak mendatar dengan berlawanan arah atau bergerak ke bawah atau ke atas,
yang sering disebut
dengan kekar, rekahan atau retakan yang cukup besar.
Patahan Lembang
terjadi karena adanya ledakan gunung api Sunda pada zaman Kuarter kala
Pleistosen (sekitar 500.000 tahun yang lalu) dimana ledakan tersebut
menghasilkan kekosongan penampung magmatis yang mengakibatkan batuan dari
erupsi gunung api Sunda patah atau sesar. Patahan Lembang
membentang dari timur ke barat di kawasan sebelah Utara Bandung. Jalur patahan
ini jelas terlihat di sepanjang 25 km, yang dicirikan oleh kelurusan untaian
bukit-bukit, mulai dari daerah sebelah timur tempat pariwisata Maribaya sampai
ke daerah Cisarua-Cimahi di baratnya.
Gua atau goa merupakan satu lorong yang terdapat di perut bumi yang disebabkan oleh
faktor atau kekuatan alam. Goa memiliki sistem atmosfer yang selalu basah, lingkungan
dengan simplitas extern, serta suhu yang konstan, dan kesemuanya berlangsung
dalam kegelapan yang abadi.
Gua Pawon
adalah sebuah tempat yang penting bagi orang Sunda karena di sana pernah
ditemukan kerangka manusia purba yang konon adalah nenek moyang orang Sunda
(masih diteliti di balai Arkeolog Bandung). Gua ini sebenarnya adalah sebuah
situs purbakala yang terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat,
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, atau sekitar 25
km arah barat Kota Bandung.
Namun,
keberadaan Patahan Lembang dan Gua Pawon ini masih dianggap asing dan kurang
istimewa bagi warga Bandung dan para wisatawan. Patahan Lembang dianggap hanya
sebuah deretan bukit-bukit yang berbatu dan Gua Pawon bagi masyarakat itu hanya
tempat bernaung
disela penambangan batu atau tempat bermain anak-anak.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, penyusun merumuskan masalah
pada Geologi Patahan Lembang dan Gua Pawon tersebut, seperti sejarah dan proses
pembentukannya serta struktur di wilayah Patahan Lembang dan Gua Pawon
tersebut.
C.
Waktu dan Tempat
Observasi
lapangan dilakukan pada:
Waktu : Jumat, 20
Desember 2013
Tempat :
Patahan Lembang dan Gua Pawon, Padalarang, Bandung.
D.
Tujuan Laporan
Adapun tujun dari Laporan ini, yaitu:
a)
Memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa dalam
memahami karakteristik patahan
dan Gua.
b)
Memberikan
keterampilan kepada mahasiswa dalam mendeskripsikan patahan dan sebuah Gua di
keadaan sebenarnya.
E.
Kegunaan Observasi
Adapun kegunaan observasi ini, yaitu:
Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
penguasaan Bidang Geografi, khususnya mengenai mata kuliah Geologi secara teori
dan praktik lapangan
dan data yang dihasilkan menjadi data dasar, bahan informasi dan referensi bagi
pihak-pihak terkait yang membutuhkan informasi mengenai hal tersebut.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Patahan
Patahan adalah gejala retaknya kulit bumi yang tidak plastis akibat
pengaruh tenaga horizontal dan tenaga vertikal. Daerah retakan seringkali
mempunyai bagian-bagian yang terangkat atau tenggelam. Jadi, selalu mengalami
perubahan dari keadaan semula, kadang bergeser dengan arah mendatar, bahkan
mungkin setelah terjadi retakan, bagian-bagiannya tetap berada di tempatnya.
1. Horst (tanah
naik) adalah lapisan tanah yang terletak lebih tinggi dari daerah
sekelilingnya, akibat patahnya lapisan-lapisan tanah sekitarnya.
2. Graben/slenk
(tanah turun) adalah lapisan tanah yang terletak lebih rendah dari daerah
sekelilingnya akibat patahnya lapisan sekitarnya.
3. Dekstral
terjadi jika kita berdiri potongan yang berada di depan kita bergeser ke kanan.
Sinistral, jika kita berdiri di potongan sesar yang satu dan potongan di depan
kita bergeser ke arah kiri.
4.
Block mountain
terjadi akibat tenaga endogen yang membentuk retakan-retakan di
suatu daerah, ada yang naik, ada yang turun, dan ada pula yang bergerak miring
sehingga terjadilah satu kompleks pegunungan patahan yang terdiri atas
balok-balok litosfer.
B.
Tenaga Pembentuk Patahan
Tenaga
pembentuk daerah yang berstruktur patahan, adalah tenaga endogen yang
mengakibatkan
kulit bumi
bergerak mendatar dengan berlawanan arah atau bergerak ke bawah atau ke atas,
yang sering disebut
dengan kekar, rekahan atau retakan yang cukup besar. Kulit bumi mengalami sesar
dimana patahan yang disertai dengan pergeseran kedudukan lapisan yang terputus
hubungannya (fault). Berdasarkan gerakan atau pergeseran kulit bumi terdapat
tiga macam sesar.
1. Dip slip fault,
yaitu sesar yang tergeser arahnya vertikal (sesar vertikal), sehingga salah
satu dari blok terangkat dan membentuk bidang patahan.
2. Strike slip
fault, yaitu sesar yang pergeserannya ke arah horisontal (sesar mendatar),
sehingga hasil dari aktivitas ini kadangkala dicirikan oleh kenampakan aliran
air sungai yang membelok patah-patah.
3. Oblique slip
fault, yaitu sesar yang pergeseran vertikal sama dengan pergeseran mendatar,
yang sering disebut sesar miring (oblique). Pergeseran kulit bumi pada tipe ini
membentuk celah yang memanjang, kalau terjadi di dasar laut/samudera terbentuk
palung laut, dan bila di daratan bias berupa ngarai.
C. Hubungan
Gerakan Tektonik dan Patahan Lembang
Gempa bumi
tektonik merupakan salah satu fenomena geologi yang sudah populer karena sering
terjadi di Indonesia. Salah satu sebab yang dapat menimbulkan gempa bumi
tektonik adalah adanya gerakan oleh litosfer bumi. Teori yang menyebutkan
peristiwa ini adalah teori tektonik lempeng, yang menjelaskan pergerakan skala
besar yang dilakukan litosfer bumi dengan bukti-bukti. Lapisan litosfer
tersebut terdiri dari dua lapisan, yaitu kerak bumi dan mantel bumi. Di bumi
terdapat 7 lempeng tektonik utama dan banyak lempeng yang lebih kecil.
Lempeng-lempeng ini terdapat di atas astenosfer. Lempeng
tersebut memiliki gerak relatif, yaitu saling bertumbukan (konvergen), saling
menjauh (divergen) dan menyamping (transform). Indonesia banyak mengalami gempa
bumi, tsunami, aktivitas vulkanik, pembentukan palung samudra, banyaknya gunung
dan pegunungan, dan sesar atau patahan.
Alfred Weegner
pada tahun 1912 mengembangkan hipotesis Pergeseran Benua, yang mengemukakan
bahwa benua-benua yang ada saat ini merupakan pelepasan dari benua yang dulunya
hanya satu bentangan benua yang disebut Pangea. Teori ini semakin diperkuat
oleh Arthur Holmes, geolog Inggris, yang membuktikan teorinya bahwa arus
konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggerak yang menyebabkan
terlepasnya benua yang disebut Pangea menjadi benua-benua yang ada saat ini.
Lalu semakin diperkuat dengan penelitian-penelitian selanjutnya yang dilakukan
para ilmuwan dari waktu ke waktu, seperti Harry Hammond Hess dan Ron G. Mason.
Lempeng yang
terdapat dalam bumi memiliki 2 jenis, yaitu lempeng benua dan lempeng samudra.
Lempeng samudra dapat disebut dengan sima, dari kata silikat-magnesium, bahan
yang dikandungnya. Sedangkan lempeng benua disebut dengan sial, yang mengandung
silikat dan aluminium.
Pegunungan yang
terjadi akibat gerakan kerak bumi (litosfer) dapat berupa pelipatan atau
patahan. Lipatan dan patahan termasuk dalam gerak orogenesa, yang termasuk
dalam proses diastropisme. Proses diastropisme tersebut dapat menyebabkan kerak
bumi retak, terlipat bahkan patah. Sehingga gerak orogenesa dapat
mengakibatakan tanah runtuh atau terpisah dengan lainnya. Selain itu, gerak
orogenesa juga menjadi faktor terbentuknya lembah. Pegunungan dan lembah
merupakan hasil dari proses lipatan kerak bumi yang melahirkan bagian sinklinal
(lembah) dan antiklinal (pegunungan). Sedangkan patahan akan menimbulkan horst
dan graben.
Ditemukan
banyak gunung, pegunungan dan palung samudra yang tedapat di Indonesia karena
ditemukannya 3 lempeng utama yang melewati wilayah Indonesia, yaitu lempeng
Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Oleh sebab itu, di
Indonesia sering terjadi gempa, tsunami dan gejala alam lainnya yang disebabkan
oleh pergeseran lempeng benua dan lempeng samudra tersebut. Lempeng
Indo-Australia dan Lempeng Eurasia telah membentuk deretan gunung berapi di
Indonesia, antara lain adalah Bukit Barisan, Gunung-gunung api di Pulau Jawa,
Bali dan Lombok serta parit samudra Jawa (Sunda).
Seperti yang
terjadi di Bandung pada 24 September 2000, terjadi gempa dengan kekuatan kurang
dari 5 skala richter, diduga karena adanya gerakan patahan di daerah tersebut,
yaitu patahan Lembang. Patahan tersebut dikatakan aktif bergerak karena adanya
gerak tektonik oleh lempeng samudra dari selatan berjalan ke utara.
Proses
pergeseran lempeng bumi tersebut yang mengakibakan lahirnya patahan Lembang dan
gunung baru di Bandung terbentuk sekitar zaman kuarter kala
pleistosen awal sampai tengah, yaitu 500.000 sampai 125.000 tahun
yang lalu.
Sejarahnya, dahulu tempat ini merupakan sebuah danau yang kemudian
terjadi proses sedimentasi menyebabkan kawasan tersebut menjadi daerah
cekungan. Lalu, terjadilah pergerakan lempeng tektonik yang menyebabkan naiknya
sebagian permukaan bumi tersebut sehingga menyebabkan tempat itu mengalami
sesar atau patahan yang dinamakan patahan Lembang. Ketinggian Patahan Lembang adalah
1.340 mdpl. Titik lintangnya adalah 6049,821 menit dan titik bujur
107038,161 menit.
Adanya
pergerakan lempeng tektonik tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan bentuk
muka bumi, terutama di daerah Bandung. Jika dilihat melalui foto udara, maka
Bandung akan terlihat seperi cekungan yang dapat dinamakan Cekungan Bandung.
Sedangkan akibat lainnya adalah, subsduksi lempeng tektonik bumi, antara
lempeng Samudra Hindia dan lempeng Kontinen Asia menghasilkan bentuk muka bumi
di Lembang menjadi patahan.
Patahan Lembang
membagi aliran sungai yang mengalir di daerah tersebut menjadi dua aliran. Dua
daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut Jawa
dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia.
Sebenarnya, jenis
pergerakan patahan ini pun masih menjadi perdebatan. Sebagian orang berpendapat
bahwa patahan ini adalah adalah patahan geser atau setidaknya memiliki komponen
geser yang lebih dominan. Pendapat ini didasarkan pada offset alur-alur sungai
yang terpotong oleh patahan ini. Namun ketidakkonsistenan arah offset, yang mana
beberapa alur sungai terlihat tertarik ke kanan sementara sebagian yang lain ke
kiri memunculkan silang pendapat. Tjia (1968) berpendapat bahwa Patahan Lembang
adalah patahan geser menganan (right-lateral). Menurutnya,
alur-alur sungai yang terlihat tergeser mengiri (left lateral strike slip)
disebabkan oleh peristiwa pembajakan sungai (river piracy).
Natawidjaja
& Setyowidarto (komunikasi lisan) belum dapat menyimpulkan secara pasti
tentang jenis pergerakan Patahan Lembang (apakah mengalami pergeseran mengiri
atau menganan) dan hanya memberikan alternatif panjang offset jika patahan ini
dianggap bergeser mengiri dan jika diangap bergeser menganan. Sebagian lagi
berpendapat bahwa Patahan Lembang memiliki komponen pergerakan vertikal yang
lebih dominan (dip-slip) dimana blok di utara garis patahan relatif turun
terhadap blok selatannya.
D.
Gua
Gua atau Goa merupakan satu lorong yang terdapat di perut bumi yang disebabkan oleh
faktor atau kekuatan alam. Goa memiliki sistem atmosfer yang selalu basah, lingkungan
dengan simplitas extern, serta suhu yang konstan, dan kesemuanya berlangsung
dalam kegelapan yang abadi.
Goa Pawon
terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Kabupaten
Bandung, atau sekitar 25 km arah barat Kota Bandung. Lokasi penemuan terletak
tidak jauh dari sisi jalan raya yang menghubungkan Bandung-Cianjur dan
kota-kota lainnya di sebelah barat.
Disebut Goa Pawon karena lokasi temuan berada di dalam
goa kars yang terletak di sisi tebing bukit kars Gunung Masigit yang oleh
penduduk setempat dinamakan Goa Pawon. Dalam bahasa Sunda, pawon artinya sama
dengan dapur. Jika diukur dengan permukaan tanah terendah di daerah itu yang
diperkirakan merupakan dasar danau.
Goa ini merupakan satu-satunya goa gamping yang letaknya
paling dekat dengan kawasan yang sebelumnya merupakan sisi barat Situ Hyang.
Keberadaannya, sebelumnya pernah dilaporkan Kusumadinata dalam Riwayat Geologi
Dataran Tinggi Bandung (1969). Di dalam goa, ia menemukan banyak batuan dengan
bentuk-bentuk yang aneh-aneh, seperti busur-busur besar dan blok-blok raksasa
yang menggantung. Tetapi sebegitu jauh tidak ditemukan bukti keberadaan manusia
yang pernah tinggal di sana. Kecuali timbunan sedimen dan timbunan kotoran
kelelawar yang sejak lama menjadi penghuni tetap goa tersebut.
Goa pawon berada pada salah satu sisi
tebing curam Pasir Pawon. Tingginya sekitar 720 meter di atas permukaan laut.
Tempat itu bisa dicapai malalui jalan setapak sejauh kurang lebih 300 meter.
Puncak Pasir Pawon merupakan “taman batu” dan sekaligus tempat paling indah di
kawasan kars Padalarang. Dinamakan “taman batu” karena tegakan-tegakan batu
dengan relief kasar yang bertebaran, mirip dengan puing-puing yang menghias
puncak bukit itu. Melihat bentuk dan ukurannya tidak sama, pasti akan
membangkitan rasa penasaran siapa pun yang ingin memahami kawasan itu sebagai
bagian dari sejarah Geologi Dataran Tinggi Bandung.
Dugaan goa
tersebut pernah dihuni manusia prasejarah pertama kali disampaikan Kelompok
Riset Cekungan Bandung (KRBC). Ketika itu,
sekitar dua tahun lalu, sekelompok geolog muda yang terdiri dari Eko Yulianto,
Budi Brahmantyo, Johan Arief, T. Bachtiar, dan
dibantu oleh Sujatmiko melakukan penelitian endapan danau Bandung
Purba.
Pada mulanya mereka hanya meneliti endapan Danau Bandung
Purba di Sungai Cibukur. Namun temuannya yang dianggap menarik telah mendorong
penelitian dilanjutkan ke Goa Pawon yang letaknya berdekatn. Ternyata pada
sedimen goa tersebut, ditemukan artefak-artefak berupa kepingan tulan
vertebrata dan beberapa jenis moluska darat. Berdasarakan temuan dalam
panggalian yang dilakukan Balai Arkeologi (Balar) Bandung pada bulan Oktober
2003, arkeolog Drs. Lutfi Youndri M. Hum. menyimpulkan, Goa Pawon memiliki multi fungsi. Selain
sebagai tempat hunian, goa tersebut dijadikan tempat penguburan. Hal ini
dibuktikan berdasarkan penggalian yang dilakukan pada kedalaman dua meter dari
permukaan tanah, ditemukan berbagai peralatan yang terbuat dari bahan obsidian,
jasper dan kelsedon, alat tulang dan taring berupa lancipan dan spatula,
perkutor, sisa-sisa moluska, jejak perhiasan dari gigi ikan (hiu), dan taring
hewan yang meliputi sekitar 20.250 serpihan tulang belulang dan 4.050 serpihan
batu.
Akan tetapi, luar biasa, pada kedalaman 80 sentimeter
ditemukan fosil tengkorak manusia. Selanjutnya pada kedalaman 1.20 meter
ditemukan fosil tulang kerung dan telapak kaki manusia. Temuan kerangka manusia
ini memiliki nilai informasi arkeologi yang bisa dipakai untuk menafsirkan
keberadaan manusia prasejarah yang diduga pernah tinggal di sekitar Dataran
Tinggi Bandung.
Goa Pawon yang terletak pada kawasan
kars Padalarang, menurut geolog Hanang Samodra, merupakan kompleks goa fosil
yang bertingkat dengan gejala peruntuhan dan pelarutan yang membentuk beberapa
lubang atau sumuran tegak (shaft) sedalam belasan meter. Sedimen di dalam goa
yang tebalnya lebih dari tiga meter bercampur dengan endapan fosfat quano.
Bukti fenomena alam tersebut hingga
kini masih bisa kita saksikan dengan jelas jika memasuki Bandung dari arah
barat, baik melalui Cianjur maupun Purwakarta atau Cikampek. Seperti kawasan kars
lainnnya, kawasan kars Padalarang yang tersebar di daerah Cipatat dan Tagogapu,
pada awalnya berasal dari koloni binatang dan tumbuhan yang hidup dan tumbuh di
laut dangkal. Namun, dengan terjadinya pergeseran pantai, koloni binatang dan
tumbuhan tersebut kemudian mati lalu membentuk batu gamping. Apa yang bisa kita
saksikan sekarang ini sebenarnya merupakan hasil proses geologi setelah batuan
tersebut kemudian terangkat ke permukaan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Observasi
Dalam bab Lempeng Tektonik yang
terdapat pada mata kuliah Geologi, penyusun melakukan penelitian yang bersifat
observasi lapangan ke Patahan Lembang dan Goa Pawon di Padalarang Kabupaten
Bandung. Pada penelitian kali ini penyusun mengkaji mengenai bentuk atau struktur, sejarah dan
proses pembentukan Patahan Lembang dan Goa Pawon.
B.
Setting Penelitian
1.
Waktu
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 20 Desember 2013.
Jalan Lembang dan Desa Cipatat Kecamatan Padalarang, Bandung. Dimulai pukul
14.00 – 18.00 WIB.
2.
Tempat
Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di Patahan Lembang dan Goa Pawon Padalarang Bandung.
3.
Subyek
Penelitian
Subyek
dari penelitian ini adalah struktur patahan Lembang dan bentukan-bentukan Goa
Pawon serta vegetasinya.
C.
Teknik Pengumpulan Data
Observasi dalam
penelitian ini dilakukan oleh penyusun yang
didampingi oleh dosen pembimbing. Observasi dalam penelitian ini adalah
observasi langsung yaitu penelitian dan mengamati secara langsung, kemudian
mencatat kejadian dan
proses pembetukannya yang terjadi pada keadaan sebenarnya pada saat itu.
Observasi
dilakukan selama proses penelitian dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Setiba di Jalan Raya Lembang ±
pukul 14.00 WIB, peneliti menelusuri jalan menanjak dan bebatuan menuju puncak
Patahan Lembang. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah materi yang diberikan
oleh dosen pembimbing sambil mengamati struktur patahan Lembang dan tahap akhir
adalah dokumentasi. Begitupun saat pengamatan di Goa Pawon, peneliti tiba
disana ± pukul 17.00 WIB. Kegiatan pertama adalah materi dari dosen pembimbing
dan juru bicara (kuncen) Goa Pawon lalu dilanjutkan dokumentasi. Dalam
observasi ini lebih banyak mengamati struktur atau bentukan-bentukan dari
Patahan dan Goa. Observasi ini memiliki keterbatasan dalam mencari data karena
waktu sangat terbatas. Untuk itu diharapkan untuk observasi berikutnya waktu
yang digunakan akan lebih panjang lagi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Patahan Lembang
Penelitian
Geologi mengenai bahasan lempeng tektonik yaitu patahan mendapatkan beberapa
hasil atau temuan, seperti:
1.
Pemandangan
kota Bandung dari puncak Patahan Lembang
2.
Patahan
Lembang Bandung
(Foto bersama dengan dosen Geologi dan Geomorfologi)
B. Goa Pawon
Di kawasan Goa Pawon mendapatkan beberapa hasil atau
temuan yang dapat
diklasifikasikan berdasarkan bentukan-bentukan yang
ada pada gua karst pada umumnya. Hasil atau temuannya berupa sebagai berikut:
1.
Pintu Gua, yaitu
tempat masuknya menuju ke dalam gua. pintu Gua ini tidak begitu lebar yaitu
sebuah lorong selebar kira-kira 1 meter,
kira-kira 20 meter dari pintu masuk pertama.
2. Jendela Gua, yaitu tempat manusia
purba melihat keadaan di sekeliling gua.
3. Gordyn, yaitu
proses
terjadinya hampir sama dengan stalagtit, hanya saja pembesarannya terjadi pada
sebuah celah (crack) yang memanjang pada atap gua, sehingga bentukan yang
tumpul menyerupai tirai-tirai seperti gorden jendela yang menggantung pada atap
menuju ke bawah dengan lekukan-lekukannya.
4.
Perut gua, didalamnya masih cukup terang karena langsung
menghadap ke alam bebas yang hijau dengan latar belakang bukit-bukit kapur yang
sudah tidak utuh.
Disini tercium aroma yang unik dimana aroma unik itu adalah bau dari kotoran
kelelawar yang mengandung Postat.
5.
Stalaktit, yaitu adalah batu yang terbentuk di atap gua
bentuknya meruncing kebawah.
6. Replika
kerangka nenek moyang Sunda, jenisnya Homo Sapiens yang hidup pada tahun 7.300-9.500
tahun yang lalu.
BAB V
KESIMPULAN
Patahan Lembang merupakan Patahan akibat
dari ledakan gunung api Sunda pada zaman Kuarter kala Pleistosen (sekitar
500.000 tahun yang lalu) dimana ledakan tersebut menghasilkan kekosongan
penampung magmatis yang mengakibatkan batuan dari erupsi gunung api Sunda patah
atau sesar. Patahan Lembang membentang dari timur ke barat di kawasan
sebelah Utara Bandung.
Ketinggian Patahan Lembang adalah 1.340 mdpl. Titik lintangnya adalah 6049,821
menit dan titik bujur 107038,161 menit.
Dahulu tempat ini merupakan sebuah
danau yang kemudian terjadi proses sedimentasi menyebabkan kawasan tersebut
menjadi daerah cekungan. Lalu, terjadilah pergerakan lempeng tektonik yang
menyebabkan naiknya sebagian permukaan bumi tersebut sehingga menyebabkan
tempat itu mengalami sesar atau patahan yang dinamakan patahan Lembang.
Gua Pawon adalah sebuah tempat yang
penting bagi orang Sunda karena di sana pernah ditemukan kerangka manusia purba
yang konon adalah nenek moyang orang Sunda (masih diteliti di balai Arkeolog
Bandung). Gua ini sebenarnya adalah sebuah situs purbakala yang terletak di
Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat,
atau sekitar 25 km arah barat Kota Bandung.
Di dalam Gua ini terdapat banyak ruangan, seperti pintu Gua,
mulut Gua, jendela Gua. Selain itu ditemukan bentukan Stalaktit, Gordyn, dan
ditemukan pula kerangka tubuh manusia purba Sunda dimana jenis manusia ini
adalah Homo Sapiens yang hidup pada tahun 7.300-9.500 tahun yang lalu.
Sayangnya, ini hanya berupa replika, yang asli telah dibawa dan disimpan di
Museum Arkeolog Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar disini: