Nama : Abdu Yakan Rosyadi
NIM : 1307493
Jurusan : Pendidikan Teknik Elektro
PENDIDIKAN SOSIAL DAN BUDYA
A.
Teori
Asal-usul Kehidupan
Banyakm
pendangan-pandangan mengenai asal-usul kehidupan sehingga para ilmuwan
menyelidiki dan melakukan eksperimen. Selain penelitian, teori-teori
dikemukakan oleh beberapa ilmuwan berdasarkan bukti-bukti yang ada. Beberapa
teori-teori mengenai asal-usul kehidupan antara lain :
1. Teori
Abiogenesis
Teori abiogenesis disebut juga teori generatio spontanea. Pokok dari
teori ini menyatakan bahwa kehidupan berasal dari benda atau materi tidak hidup
dan kehidupan terjadi secara spontan (generatio spontanea). Ilmuwan yang
mengemukakan teori ini adalah seorang filsafat Yunani kuno, yakni Aristoteles
(384–322 SM). Dengan melihat organisme di sekeliling-nya, Aristoteles
berkesimpulan bahwa makhluk hidup muncul secara tiba-tiba. Contohnya, seekor
cacing yang keluar dari dalam tanah, maka cacing
tersebut berasal dari tanah. Contoh lainnya, katak yang keluar dari lumpur, maka katak tersebut berasal dari lumpur.
tersebut berasal dari tanah. Contoh lainnya, katak yang keluar dari lumpur, maka katak tersebut berasal dari lumpur.
Ilmuwan lain yang mendukung teori ini adalah John Needham (1700). Ilmuwan
dari Inggris ini melakukan percobaan dengan merebus sebentar air kaldu yang
berasal dari sepotong daging. Air kaldu tersebut menjadi keruh karena adanya
mikroorganisme. Ilmuwan tersebut kemudian berkesimpulan bahwa mikroorganisme
berasal dari air kaldu.
2. Teori
Biogenesis
Teori biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk
hidup lagi. Teori biogenesis merupakan lawan dari teori abiogenesis. Para
ilmuwan yang mendukung teori biogenesis adalah Francesco Redi (1626–1697), Abbe
Lazzaro Spallanzani (1729–1799), dan Louis Pasteur (1822–1895). Ketiga ilmuwan
ini melakukan percobaan dan membuktikan teori biogenesis.
a. Percobaan
Francesco Redi
Francesco Redi adalah orang pertama yang melakukan percobaan untuk
menentang teori abiogenesis. Redi melakukan percobaan dengan menggunakan daging
segar dan dua stoples. Stoples pertama diisi dengan daging dan dibiarkan
terbuka (tidak ditutup), sedangkan stoples kedua diisi daging dan ditutup
rapat.
Setelah beberapa hari, di dalam stoples yang terbuka terdapat larva. Redi
berkesimpulan bahwa larva tersebut berasal dari lalat yang masuk ke dalam
stoples kemudian bertelur. Untuk meyakinkan kesimpulannya tersebut, Redi melakukan
percobaan yang kedua. Kali ini stoples ditutupi dengan kain kasa sehingga masih
terjadi hubungan dengan udara, tetapi lalat tetap tidak dapat masuk. Setelah
beberapa hari, didapatkan daging dalam stoples tersebut membusuk, tetapi dalam
daging tersebut tidak terdapat larva. Redi mengemukakan tidak adanya larva ini
karena lalat tidak bisa menyimpan telurnya dalam daging. Oleh karena itu, Redi
berkesimpulan bahwa larva lalat bukan berasal dari daging yang membusuk.
b. Percobaan
Lazzaro Spallanzani
Pada percobaan Spallanzani, digunakan air rebusan dari daging atau (air
kaldu). Air kaldu tersebut dimasukkan ke dalam dua labu, kemudian dipanaskan.
Setelah dipanaskan, labu I dibiarkan terbuka. Sementara itu, setelah air kaldu
dalam labu II dipanaskan, labu kemudian ditutup rapat menggunakan gabus.
Setelah beberapa hari, air kaldu dalam labu I menjadi keruh dan berbau
busuk yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut
berasal dari udara bebas yang masuk ke labu I karena tidak ditutup.
Pada labu II, ternyata tidak ada perbedaan dari sebelumnya. Air kaldu
tetap jernih. Jernihnya air kaldu ini disebabkan tidak adanya udara yang masuk
ke dalam labu
Percobaan Spallanzani menunjukkan bahwa pada labu terbuka terdapat
kehidupan yang berasal dari mikroorganisme yang ada di udara. Pada labu yang
ditutup tidak terdapat kehidupan. Berdasarkan hal tersebut, Spallanzani
berkesimpulan bahwa kehidupan bukan berasal dari air kaldu, tetapi berasal dari
makhluk hidup lainnya. Akan tetapi, para penganut abiogenesis menyanggah
penelitian ini dan mengatakan bahwa mikroorganisme tidak tumbuh karena tidak
terdapat udara. Udara dibutuhkan untuk menyokong kehidupan.
c. Percobaan
Louis Pasteur
Hasil percobaannya tidak dapat disang-gah lagi oleh pendukung teori
abiogenesis. Percobaan yang dilakukan Louis Pasteur ini sebenarnya
penyempurnaan dari percobaan yang dilakukan oleh Spallanzani.
Pasteur menggunakan labu berleher seperti angsa dalam percobaannya Labu
berleher seperti angsa ini diisi dengan air kaldu. Fungsi dari labu leher angsa
ini adalah agar hubungan antara labu dan udara luar masih ada, artinya masih
terdapat oksigen. Labu ini dipanaskan untuk men-sterilkan air kaldu dari
mikroorganisme. Setelah dipanaskan, labu kemudian didinginkan dan disimpan.
Setelah beberapa hari, ternyata air kaldu dalam labu leher angsa
tetapjernih, namun di bagian lehernya banyak terdapat debu dan
partikel-partikel, sedangkan di labu lainnya yang tidak berleher angsa, air
kaldunya mengan-dung mikroorganisme. Berdasarkan hasil percobaannya, Louis
Pasteur menyimpulkan bahwa mikroorganisme yang ada dalam air kaldu bukan
berasal dari air kaldu itu sendiri, melainkan dari mikroorganisme yang ada di
udara.
Hasil percobaan Louis Pasteur berhasil menumbangkan teori abiogenesis.
Dari hasil percobaannya, Pasteur mengajukan teori baru tentang asal-usul
kehidupan. Isi teori disebut menyatakan beberapa hal, di antaranya omne vivum
ex ovo , yakni setiap makhluk hidup berasal dari telur, omne ovum ex vivo,
yakni setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan omne vivum ex vivo, yakni
setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
3. Teori
Evolusi Kimia
Ternyata gugurnya teori abiogenesis oleh teori biogenesis tidak membuat
ilmuwan berhenti menyelidiki tentang asal-usul kehidupan. Sekarang, timbul
pertanyaan, jika makhluk hidup berasal dari makhluk hidup, dari manakah asal mula makhluk hidup yang pertama? Untuk menjawab itu, muncullah teori evolusi kimia. Ilmuwan yang menyatakan teori tersebut adalah Harold Urey. Urey menyatakan bahwa pada periode tertentu, atmosfer bumi mengan-dung molekul metana (CH 4), amonia (NH 4), air (H2O), dan karbon dioksida(CO2).
pertanyaan, jika makhluk hidup berasal dari makhluk hidup, dari manakah asal mula makhluk hidup yang pertama? Untuk menjawab itu, muncullah teori evolusi kimia. Ilmuwan yang menyatakan teori tersebut adalah Harold Urey. Urey menyatakan bahwa pada periode tertentu, atmosfer bumi mengan-dung molekul metana (CH 4), amonia (NH 4), air (H2O), dan karbon dioksida(CO2).
Karena pengaruh dari energi petir dan sinar kosmis, zat-zat tadi
bereaksi. Hasil reaksi tersebut menghasilkan suatu zat hidup yang diduga virus.
Zat hidup tersebut berkembang selama jutaan tahun membentuk makhluk hidup.
Teori yang dikemukakannya tersebut, kemudian dikenal dengan teori Urey .
Untuk membuktikan teori ini, Stanley Miller melakukan sebuah percobaan.
Peralatan yang dirancang Miller, yakni ruang bunga api diisi dengan campuran
gas meniru atmosfer purba, sementara botol kaca kecil diisi dengan air murni
seperti sup purba. Miller membuat kilat buatan dengan bunga api listrik di
antara dua elektroda dalam atmosfer buatan tersebut. Ia juga memanaskan air
laut tiruannya. Percobaan ini berlangsung selama seminggu dan dapat
menghasilkan beragam senyawa organik.
Di alam nyata, reaksi kimia ini akan berjalan selama jutaan tahun
sehingga dapat membentuk hasil yang lebih kompleks. Pada titik tertentu dari
proses yang panjang ini, senyawa kimia dapat terbentuk dengan sendirinya. Jika
pada proses membentuk diri ini terkadang terdapat kesalahan, senyawa kimia ini
dapat menyesuaikan diri dan berevolusi melalui proses seleksi kimiawi. Jadi,
kehidupan tidak terbentuk secara tiba-tiba melainkan timbul secara bertahap
dari senyawa tidak hidup.
4. Teori
Evolusi Biologi
Alexander Ivanovich Oparin mengemukakan bahwa evolusi zat-zat kimia
terjadi sebelum di bumi terdapat kehidupan. Seperti sebelumnya, zat anorganik berupa
air, metana, karbon dioksida, dan amonia terkandung dalam atmosfer bumi. Zat
anorganik tersebut membentuk zat-zat organik akibat adanya radiasi dari energi
listrik yang berasal dari petir.
Suhu di bumi terus menurun. Ketika sampai pada titik kondensasi, terjadi
hujan yang mengikis batuan di bumi yang banyak mengandung zat-zat anorganik.
Zat-zat anorganik tersebut terbawa ke lautan yang panas. Di lautan ini
terbentuk sup purba atau sup primordial. Sup purba terus berkembang selama
berjuta-juta tahun. Di dalam sup purba, terkandung zat anorganik, RNA, dan DNA.
RNA yang dibutuhkan dalam proses sintesis protein dapat terbentuk dari DNA.
Akibatnya, terbentuklah sel pertama. Sel pertama tersebut mampu membelah diri
sehingga jumlahnya semakin banyak. Sejak saat itulah evolusi biologi
berlangsung.
5. Waktu Geologis
Berdasarkan catatan geologis, bumi ini telah ada kurang lebih 4,5 miliar
tahun yang lalu sebagai hasil dari sebuah ledakan mahadahsyat di angkasa.
Kehidupan diperkirakan mulai hadir 1 miliar tahun dan oleh para ahli percaya
bahwa lautan merupakan tempat awal mula hadirnya kehidupan. Keberadaan
organisme multiseluler dimulai kira-kira 600 juta tahun yang lalu pada awal
masa
B. Asal Mula Manusia
1. Proses Penciptaan Manusia Menurut ilmu Biologi
Menurut ilmu
Biologi, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan asal kejadiannya adalah dari tanah.
Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan metode abu bekas bakaran dari
makhluk hidup tersebut. Hasil penelitian tersebut diketahui bahwa unsur-unsur
asli yang ada pada manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan sama dengan unsur-unsur
yang terdapat dalam tanah, yaitu Oksigen ( O ), Hidrogen ( H ), Zat Belerang (
S ), Zat Arang ( C ), Kalium ( K ), Natrium ( Na ), Yodium ( J ), Asam Arang (
CO2 ), Air ( H2O ) dan zat-zat lainyya yang berfungsi sebagai pelengkap.
2. Proses Penciptaan Manusia Menurut
Al-Qur’an
Proses Kejadian
Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa) adalah asal usul mausia, yaitu
kita diciptakan tidak langsung seperti nabi Adam As. Dan Siti Hawa, namun ada
beberapa proses yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an. Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa
kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al
Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis. Di dalam Al Qur’an
proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara terperinci melalui
firman-Nya :
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al
Mu’minuun (23) : 12-14)
Ungkapan ilmiah dari Al Qur’an dan Hadits 15 abad
silam telah menjadi bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam
ilmu tentang organ-organ jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al
Qur’an dengan "saripati berasal dari tanah" sebagai substansi dasar
kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua
berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme yang ada
di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari
pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pemba’uran antara sperma (lelaki) dan
ovum (sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan
bentuk manusia yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar disini: